Kesatuan Manusia dan Alam

Oleh: Ronald R. Fanataf


Fafruar - Mungkin kita pernah mendengar  lirik lagu ini, “Barangkali di sana ada jawabannya, mengapa di tanahku terjadi bencana, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang”. Sepenggal lagu Ebiet ini memberikan pertanyaan refleksi kepada diri kita.

Jawaban refleksi dari sepenggal lagu Ebiet di atas adalah alam tidak bersahabat dengan manusia, karena manusianya sendiri yang  tidak menjamin persahabatan dengan alamnya. Manusia seringkali tidak menyadari, bahwa pada dasarnya manusia dengan alam memiliki kesatuan yang sama, manusia dari alam dan alam untuk manusia.

sumber foto: https://www.liputan6.com/


Oleh sebab itu, alam menyediakan sumber kehidupan bagi manusia. Bisa dibilang alam adalah habitatnya untuk manusia atau rahim bagi manusia, tempat dimana manusia dibentuk, dan diberikan keistimewaan dalam hidup. Kecenderungan manusia sering kali memperlakukan alam sesuai dengan keinginan manusia. Karena alam adalah habitatnya manusia, maka tanggungjawab manusia harus melestarikan, menjaga, merawat dan memeliharanya.

Namun yang kini terjadi malah terbalik, manusia sudah merusak sebagian hidupnya. Karena habitatnya manusia sudah dirusak oleh manusia itu sendiri, maka suatu saat nanti manusia tidak akan lagi atau bahkan sama sekali tidak memiliki rahim kehidupan.

Menyambung dengan fenomena alam yang terjadi sebelum-sebelumnya dan akhir-akhir ini yang kini melanda Indonesia secara khusus di Sentani, Jayapura, Papua.

Dari bencana alam yang dihadapi, memberikan semacam pertanyaan refleksi apakah fenomena yang kini terjadi baik di Sentani maupun di tempat lain, apakah sudah pernah terjadi peristiwa yang sama selumnya atau tidak? Bila memang sebelumnya belum terjadi bisa digambarkan bahwa  alam itu masih alami dan fenomena alam yang terjadi benar-benar murni, bukan ulah manusia.

Tetapi jika sudah pernah terjadi sebelumnya dan memiliki catatan-catatan atau himbauan tetang menghidari terjadi bencana alam lagi maka tentunya sangat penting bagi setiap manusia (kalangan) untuk tidak mencemari dan merusak alam. Bila hal ini diabaikan maka bisa dikatakan bahwa fenomena yang terjadi karena ulah manusia yang berlebihan dalam arti, manusia sudah merusak alamnya (penebangan hutan liar dll).

Karena alam sebagai rahim kehidupan manusia sudah dirusak, maka tidak ada lagi tempat bagi manusia untuk hidup. Oleh sebab itu, manusia yang memiliki rasio dan afektif dalam bertindak harus mengutamakan rasio serta afektif yang dimiliki oleh manusia itu.

Manusia membutuhkan kehidupan dari alam, tetapi manusia juga harus menjaga etika lingkungan dan menggerogoti semuanya dari alam. Ingat alam itu memberikan kehidupan dan menghidupkan manusia.***

Share on Google Plus

About Fafruar

1 komentar:

  1. numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    ReplyDelete