“Pertama saya datang ada seorang relawan pengajar di SD Inpres Saminage,
Kampung Pona, Distrik Saminage, Kabupaten Yahukimo. Pertama kami datang, kami
bersihkan rumput dulu di halaman sekolah. Awalnya kami bertiga, setelah itu
yang satunya turun ke Kota Wamena dan tidak kembali lagi. Selanjutnya hanya
kami berdua saja. Kepala Sekolah dan guru di situ datang pas saat ujian sekolah
atau ujian akhir saja. Kepala Sekolah dan tiga guru relawan dari luar itu
datang waktu ujian saja. Ada juga dua relawan di kampung itu tapi saya bahkan
tidak melihat mereka. Yang bertahan untuk mengajar di sana saya dan seorang
frater (petugas pastoral Gereja Katolik). Bahkan baru-baru ini ujian akhir
tahun 2017, kepala sekolah tidak ke sekolah tetapi tunggu di kampung sebelah,
di Distrik Pasema karena hasil Ujian nanti dikumpulkan di sana. Saya meminta
bantuan seorang relawan untuk menemani anak-anak ke Distrik Pasema untuk
mengikuti ujian. Saya tidak bisa jalan karena saya juga menemani para petugas
medis di sana. Para petugas medis juga tidak mau saya keluar. Kebetulan saya
yang datang lebih dulu dan sudah mengenal masyarakat di situ”, tutur Tri Ari saat menceritakan pengalamannya di
Kantor SKPKC Fransiskan Papua, 31 Juli 2018 yang lalu.
Sumber foto: doc Tri Ari |
Tri Ari Santy adalah
seorang guru relawan di Samenage, Jayawijawa, Papua. Tri Ari menginjakkan
kakinya di Distrik Saminage pada 22 Agustus 2016. Di Distrik ini, Tri tinggal
di Kampung Heleroma dan mengajar di SD Inpres Saminage, Kampung Pona. Sekolah
Dasar ini merupakan SD induk, karena lengkap dari kelas 1 sampai dengan 6.
Sekolah Dasar ini pun menampung siswa dari 9 kampung dan 2 sekolah paralel.
Dua sekolah paralel ini terletak
di Kampung Ibelak dan Kampung Helenga. Kedua SD ini hanya menampung siswa kelas
1 sampai 3 saja. Selanjutnya kelas 4 sampai 6 akan bersekolah di sekolah induk
yakni SD Inpres Saminage. Tenaga pendidik atau guru yang mengabdi, di sana berjumlah
sekitar 7 orang. Lima orang relawan yaitu 3 relawan dari luar Saminage dan 2
orang dari Saminage, mereka adalah Tri
Ari Santy dan seorang Kepala Sekolah.
Ari bercerita, awalnya dia
tiba di Kampung Heleroma dan mengajar di SD Inpres Saminage, Ari harus mulai
belajar banyak hal baru dan mengenal karakter masyarakat serta anak-anak
didiknya. Ari secara perlahan-lahan menemukan cara yang tepat untuk membantu
anak-anak sekitar SD Inpres Saminage. “Awalnya saya datang dan mulai mengajar. Saya belajar karakter
anak-anak di sana. Ternyata mereka selalu mengikuti apa yang dilakukan oleh
guru mereka. Saya sengaja mebaca buku dan mereka mulai perlahan mengambil buku
dan membuka buku bacaan,” ungkap Ari.
Pemenuhan buku bacaan dan
perlengkapan belajar mengajar merupakan salah satu syarat untuk mengajak dan
mengajarkan anak-anak untuk bisa menulis, membaca dan mengenal huruf-huruf dan
angka. “Tiga bulan pertama
di Saminage, tidak ada buku dan alat tulis. Saya binggung dan tidak tahu minta
bantuan kemana. Saya ke Dinas Pendidikan di Dekai, saya ketemu dengan
Sekretaris Dinas untuk minta perlengkapan. Tetapi dia jawab ke saya, bisa tapi
harus bayar 8 juta. Saya jawab ke dia, tidak bisa karena saya sendiri adalah
voluntir, tidak ada dana untuk itu. Setelah itu saya kembali ke Wamena dan
bertemu dengan teman yang menghubungkan saya dengan Yayasan Kristen Wamena (YKW).
Yayasan ini membuat buku pendidikan yang kontekstual Wamena. Syukurlah mereka
langsung jawab ke saya, butuh buku berapa. Mereka kasih ke saya gratis. Kalau
buku itu dibeli diperkirakan sekitar 50 juta”, cerita Ari.
Sebelum mengajar di
Saminage, Ari bekerja di sebuah toko di Kota Wamena. Karena perkenalannya
dengan seorang temannya di Rumah Bina Wamena, dia memutuskan untuk meninggalkan
pekerjaannya itu. “Saya
tiba di Wamena tahun 2015. Karena belum mengenal orang, saya kerja di sebuah
tokoh. Dalam perjalanan saya mengenal seorang teman yang sering belanja di toko
kami. Dia tinggal di Rumah Bina Wamena. Dia akhirnya mengajak saya untuk
berkenalan dengan pater Jhon supaya dapat membantu mengajar di daerah Saminage.
Saya putuskan langsung untuk berhenti bekerja di toko saat itu juga. Saya
senang karena bisa mengajar lagi, bisa menjalankan tanggung jawab sebagai
seorang guru”, jelas Ari.
Peran guru, masyarakat dan
dinas terkait sangat harus membantu proses pendidikan itu berjalan baik dan
lancar. Dan Dinas Pendidikan melalui badan pengawasnya seharusnya menjalankan
tugasnya untuk melihat segala proses yang terjadi. Hal ini berbeda dengan yang
dialami oleh guru relawan, Tri Ari Santy. Selama dua tahun dia mengajar di
Saminage, tidak ada pengawas atau dari dinas pendidikan yang melakukan
kunjungan atau pengawasan di sana. “Saya sempat bertanya ke pengawas tetapi pengawas menjawab bahwa mereka
tidak pernah menginjakkan kakinya di Saminage. Bahkan yang lucunya adalah ada
pengawas yang tidak tahu sekolah di Saminage”, cerita Ari.
Cerita pilu tentang
pendidikan di SD Inpres Saminage terus bertambah ketika Ari menjelaskan
bagaimana proses yang dilakukan oleh atasannya pada saat ujian akhir.
“Contohnya pada tahun lalu, 2017, yang saya tahu adalah anak sekolah
yang bisa ikut ujian adalah 3 orang saja. Tetapi di dalam data kepala sekolah
dan dinas, ada 18 murid yang mengikuti ujian. Yang 8 orang adalah anak usia
sekolah yang tidak pernah aktif. Dan sisanya adalah usia orang tua. Kebanyakan
mereka membeli ijazah yang disediakan oleh kepala sekolah. Ini sepertinya
bisnis pendidikan dan proses pembodohan kepada masyarakat. Sebenarnya bukan di
Saminage tetapi hampir kebanyakan terjadi di daerah pedalaman. Bahkan didata
untuk laporan dijelaskan sampai 350 anak. Padahal yang saya lihat dan alami di
lapangan adalah 50 anak saja. Mereka menaikan data untuk mendapatkan bantuan
dana BOS dan lain sebagainya. Ini memang gila sekali”, tutur Ari.
Ari punya harapan,
pendidikan awal di daerah pedalaman Papua, khususnya di Saminage adalah
pendidikan sesuai konteks murid bukan konteks guru. “Kita tidak perlu memaksa segala hal kepada anak-anak. Kita perlu
perlahan-lahan mengikuti konteks anak murid belajar. Yang terpenting dan
pertama adalah membangun karakter anak terlebih dahulu”, jelas Ari. ***(http://fransiskanpapua.org/)
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802
ReplyDeleteIzin ya admin..:)
Player vs Player WOW langsung saja kunjungin kami di ARENADOMINO tempat bermain Poker dan kartu yang sangat menyenangkan dan hadiah nyata menanti anda semua.. WA +855 96 4967353
Luar biasa ibu Tuhan berkati nerop
ReplyDelete