Dek Tujuh

Mungkin hanya di atas kapal kita akan menemui arah kiblat selalu berganti. Hampir setiap waktu shalat di mushallah kapal, arah kiblat berubah dan selalu diinformasikan oleh petugas kapal. Jika kita berlayar ke arah timur Indonesia, maka kiblat akan mengarah ke buritan dengan derajat kemiringan selalu berbeda. Demikian sebaliknya, jika berlayar ke barat, arah shalat akan menghadap haluan, dengan kemiringan selalu berganti.

Foto Sahrul Aksa

Mushallah di kapal lumayan bersih dan rapi, tata ruangnya simpel tapi efektif. Di langit-langit bagian tengah ada penunjuk arah kiblat berupa garis lingkaran dengan angka petunjuk derajat kemiringan. Saat saya amati tanda itu menunjuk ke buritan dengan kemiringan 20°. Bagi yang rajin berkunjung ke mushallah atau sering mengikuti pengumuman jadwal shalat di kapal, pasti akan bertemu salah satu keajaiban di laut. Saya menyebutnya keajaiban karena satu-satunya mushallah yang selalu mengubah arah kiblatnya hanyalah mushallah kapal.

Biasanya kalau menumpang kapal putih (kapal milik PT. Pelni), mushallah terletak di dek tujuh bagian belakang. Dek tujuh sering juga disebut dek anjungan, adalah tempat para penumpang kapal menikmati pemandangan laut dan udara bebas. Selain sebagai tempat ibadah dan menikmati udara bebas, anjungan kapal juga menyimpan aneka perilaku penumpang dengan caranya masing-masing. Bagi saya dek tujuh adalah tempat perjumpaan, ruang pertemuan segenap penumpang dengan beragam latar belakang. Ekspresi dan pasar malam budaya bisa terhampar di sini, apa lagi berlayar saat mudik Lebaran. Bahkan Dek Tujuh pada saat mudik adalah representasi keadaan Indonesia sesungguhnya.

Memasuki lambung KM. Tidar di musim mudik pasti akan berjumpa jejalan penumpang memenuhi hampir semua ruang-ruang kapal. Saking padatnya, lorong-lorong sempit di depan kamar kelas juga dijejali penumpang yang berbaring seenaknya. Begitu tidak mudahnya mengelola transportasi di negeri berpenduduk padat dengan fasilitas terbatas dan uzur. Sepertinya penumpang saat mudik sudah jauh melampaui kapasitas angkut. Suasana padat seperti ini sering memancing keinginan untuk selalu jalan dan keluar mencari angin, dan dek tujuh adalah tempat yang paling nyaman untuk hal satu ini. Selain mencari udara segar, alasan lain yang membuat dek tujuh jadi sangat favorit adalah sebagai tempat untuk memulihkan rasa mual dari mabuk laut oleh ayunan gelombang.

Goyangan kapal tidak menghalangi sekelompok orang berkeliling sembari membawa bungkusan berisi aneka pakaian. Salah satu di antaranya tidak bosan-bosan menawarkan dagangannya kepada penumpang yang berjejer di sisi kiri-kanan kapal. Selembar kemeja dijual rata-rata 25 ribu rupaih, dan membuka kesempatan negosiasi. Dari proses keliling itu, dia sempat melepas 2-3 kemeja dan 1 baju koko. Ketika menawarkan jualannya saya menangkap suaranya beraksen Bugis. Seketika saya teringat kampung halaman, tempat yang dituju pada etape kedua setelah sebelumnya menuntaskan jarak Jakarta-Surabaya. Beberapa jam lagi Tidar akan sandar di pelabuhan Makassar, tersedia cukup waktu untuk turun sekilas menikmati kota dan sekadar menawar rasa cinna (keinginan) menikmati semangkuk Coto di tanah asalnya.

Usai bongkar-muat di Makassar, Tidar segera berlayar menuju Buton di Sulawesi Tenggara. Tidak banyak peristiwa menarik pada rute ini, juga goyangan kapal sudah tidak begitu terasa karena pelayaran tidak berada di laut lepas. Laut relatif tenang sepanjang etape kedua. Buton menyambut Tidar di terik siang keesokan harinya. Iklim panas di Buton terpatri pada pemandangan bukit-bukit kecoklatan, gersang di kejauhan. Kesan itu semakin kuat dan terpatri pada warganya yang mayoritas berkulit legam.

Setiap kali mampir di Buton saya selalu berusaha mencari sensasi kotanya, ‘pertunjukan’ bakar ikan di sepanjang jalan sekitar pelabuhan. Penjualnya menawarkan seporsi ikan bakar dengan harga 30 ribu rupiah, relatif sesuai dengan kantong pelancong seperti saya. Berkeliling di seputar pelabuhan, menikmai asap dari bara tempurung yang menyambar daging ikan laut segar lalu dipadu bumbu bakar sederhana, membuat indra penciuman merangsang saraf-saraf pencernaan segera berontak menuntut haknya. Dan sungguh celaka jika menyia-nyiakan kesempatan langka menuntaskan petualangan rasa ini.
Adakah yang lebih nikmat dari menyantap porsi ikan bakar di tengah keramaian sederhana dan sesekali ditingkahi Stom (terompet) kapal?

Sambil menikmati seporsi Bubara (ikan kuwe) saya bertanya pada penjual langganan, mengapa penjual ikan tidak seramai biasanya. Ibu muda pemilik warung itu mengisahkan bahwa hampir semua penjual ikan di sini digusur Satpol PP, ”mereka kejam-kejam dan main pukul, tetapi saya harus lebih berani. Kalau tidak begitu kita tidak bisa bertahan dan bisa mencari nafkah. Anak-anak mau dikasih makan apa” tandasnya. Usai menandaskan menu dan stom kapal dua kali, saya beranjak dan minta tambah lagi dua ekor Samandar (Baronang) untuk bekal perjalanan menuju persinggahan berikutnya, pelabuhan Yos Sudarso di Ambon.

Balik ke kapal saya terheran-heran menyaksikan Tidar nyaris kosong ditinggal penumpang. Betapa banyak penumpang yang turun di pelabuhan tadi. Perkiraan lebih dari separuh penumpang dari pelabuhan Makassar turun di Buton. Kapal sepi-senyap, lorong-lorong yang sebelumnya dijejali orang kini sepi. Bahkan ruang di depan kantor informasi kapal kini kosong dan rapi. Sepertinya banyak warga Buton hidup sebagai perantau, dan para perantau itulah yang memenuhi kapal.
Saya tercenung di dek tujuh menyaksikan koridor telah kosong ditinggal penumpang. Pelayaran malam terasa sepi, Tidar berlayar dalam gelap, senyap dan kehilangan riuh penumpang. Saat mengitari ruang terbuka di dek lain dan tidak menemukan orang-orang nongkrong, saya merasa Tidar bagai kapal hantu seperti dalam kisah-kisah bajak laut.

Pelabuhan Yos Sudarso Ambon 24 jam kemudian, Tidar kembali disesaki penumpang. Kali ini sebagian besar penumpang anak muda, melenggang santai tanpa barang bawaan, seperti hendak menyeberang saja. Saat kapal beranjak menuju Banda Neira suasana di atas kapal sangat Maluku. Meski tidak begitu padat, tapi tetap tidak bisa bergerak leluasa karena sebagian besar penumpang berkumpul membentuk lingkaran perbincangan. Macam-macam yang mereka bicarakan dan semuanya dengan suara keras sambil tertawa riang. Dalam lingkaran yang sebagian besar laki-laki terselip juga perempuan yang mampu mengimbangi nada bicara laki-laki. Mereka berdiri begitu rapat bahkan ada yang bergandeng tangan. Tampak mereka begitu akrab satu sama lain, dan ini hal umum di semua lingkaran yang saya jumpai.

Hampir semua penumpang yang melingkar mengenakan kalung hampir sama. Kalungnya seperti biji-biji gotri dironce, sering disebut ‘kalung besi putih’. Aneka macam bentuk dan ukuran kalung besi putih, dari yang biasa sampai ukuran biji dan panjangnya ekstrim. Banyak dari kalung besi putih itu dihiasi liontin berbentuk salib. Antara anggota kelompok berliontin salib maupun polos berbaur menjadi satu, dekat, akrab, tertawa bersama. Mereka terus ngobrol melingkar, laki-laki dan perempuan seakan tak kenal lelah dan tak kehabisan bahan omongan.

Mereka baru beranjak ketika pihak kapal mengumumkan bahwa sebentar lagi kapal akan merapat di pelabuhan Banda Neira, pulau berbentuk atol dengan gunung api di salah satu sisinya. Saat berlabuh di Banda, sebagian besar anak muda itu turun dengan tas tersampir. Mereka memenuhi pelataran dermaga, lalu beranjak dengan angkutan umum dan ojek yang menghampiri. Banda jadi ramai oleh para pemudik, Tidar melepasnya dengan kembang api dan mercon bersahutan. Saya masih akan lanjut sampai dermaga berikutnya 12 jam kemudian, pelabuhan Tual di tenggara Maluku. Di sana saya akan mengakhiri perjalanan dan melanjutkan tugas pokok, belajar dari orang-orang pulau.*** (Sahrul Aksa)
Share on Google Plus

About Fafruar

3 komentar:

  1. Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
    cuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
    kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
    yuu buruan segera daftarkan diri kamu
    Hanya di dewalotto
    Link alternatif : dewa-lotto.name

    ReplyDelete
  2. Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
    Kesempatan Menang Lebih Besar,
    || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

    ReplyDelete
  3. Izin ya admin..:)
    Main dan Menangkan permainan bersama kami di ARENADOMINO 8 permainan poker online tanpa robot silahkan main dan buktikan sendiri jika kesulitan bisa
    dibantu dalam pendaftaran silahkan langsung bergabung untuk info lebih jelas WA +855 96 4967353

    ReplyDelete