gambar ilustrasi |
***
Sejenak pikiranku melayang dan teringat akan
sesuatu pada tanggal itu 8 tahun tahun yang lalu. Bagaikan sebuah magnet,
peristiwa itu menarik fokus pikiranku, sungguh melekat dalam ingatanku, seolah
– olah aku berada kembali pada masa itu. ...ya.. masih hangat tersirat dalam
ingatanku saat itu, aku dan beberapa sahabat serta orang baik bersama melaju
dalam mobil L300, ke arah utara. Aku hanya diam, dan bingung dengan kenyataan
saat itu, apa benar - benar hal ini sungguh terjadi? Pertanyaan itu yang selalu
muncul sepanjang perjalananku. Dengan tetap diam tanpa kata, aku melewati satu
persatu butiran rosario dalam genggaman tanganku, sambil menatap kedepan aku
tetap diam , membiarkan kebingungan dan keramaian itu menguasai pikiranku.
***
Terlihat olehku pemandangan alam yang begitu
indah , hijau dan mempesona, saat itu juga aku fokus pada pandanganku itu. “
Tuhan ...ini adalah masa laluku...aku dilahirkan, dibesarkan dalam alam ini,
aku bermain dan menghabiskan masa kecil bersama kawan – kawanku.” Secara
spontan aku meninggalkan sikap diamku dan dengan menunjuk, aku berkata kepada
sahabat yang duduk disampingku, “ Angel....itu tempat yang sering aku ceritakan
pada mu, baguskan??” .....dengan nada nada kagum ia menjawab....”wah indah
banget....ternyata benar yang kamu katakan pada ku” , sambil memandangku ia
memberikan senyum manisnya. Tapi hal itu tidak membuatku berubah, aku kembali
diam dan mengarahkan pandanganku kedepan.
***
Mobil pun tetap melaju dan tak menghiraukan apa
yang terjadi pada diriku, sambil menyusuri indahnya kampung itu. Matahari pun
terlihat sudah lelah dan ia mulai membenamkan sinarnya untuk beristirahat.
Secara perlahan keindahan sore itu tak tampak lagi, dan kegelapan mulai kami
temui, dan tak ada seberkas cahaya di sepanjang jalan yang kami lalui. “
Eh...listriknya mati ya...??” cetus seorang sahabat yang duduk didekat pak
sopir, dan terdengar lagi olehku pertanyaan yang diajukan padaku,”
dek...rumahmu yang mana???” Sahut seorang yang lebih dewasa dariku, aku pun
terjaga dari lamunan dan kebisingan pikiranku. Saat itupun aku mulai tersadar
dengan situasi yang sedang terjadi dalam diriku, dengan lirih dan suara yang
sendu saya menjawab “ itu yang ada cahaya lampu’’.
***
Sikap diamku berubah menjadi sebuah tangis yang
begitu hebat. Saat mobil berhenti di depan rumah itu, tak kuhiraukan lagi
mereka yang bersama aku,,,,aku lari menuju keramaian itu, tak kuasa aku menahan
tangis dan marahku pada seseorang yang datang memeluk dan mencoba
menenangkanku. Aku tak percaya akan semua ini,,,,,,Perlahan aku mampu menguasai
emosi dan tangisku, kemudian aku tersadar dan terdengar bisik lembut di
telingaku, Sudah???...” ayo berdiri kita lihat orang yang kita sayangi itu”.
Akupun berdiri dan berusaha tegar, akan tetapi tak kuasa aku melihatnya, hatiku
terasa perih, pedih, seperti teriris – iris oleh mata pisau yang tajam. Aku
menganggap ini hanya mimpi dan mimpi. Aku memalingkan wajahku dan melihat sosok
yang tak asing lagi bagiku, duduk dengan wajah yang penuh dengan kedukaan,
tangis dan pelukan erat sungguh aku rasakan, ya....ia seseorang yang melahirkan
dan membesarkanku, ia memeluk dan berusaha tegar mengusap air mataku, tanpa
suara dan kata yang aku dengar, namun belaian kasih seorang ibu sungguh aku
rasakan. Akupun masih tetap dalam kebingungan apakah ini kenyataan atau hanya
mimpi??? “Tuhan semoga ini cepat berlalu......”
***
Sang surya telah menampakkan cahayanya, tanda
kehangatan, semangat dan hari baru telah ia berikan, tapi aku masih tetap
merasakan dingin , beku dan tak sedikitpun kurasakan kehangatan dari cahaya
itu. Aku berusaha beranjak dari tempat dudukku dan berdiri menatap dia yang
terbaring, hanya ada kebisuan, kedinginan dan kehampaan, serta seutas senyum
yang terlihat dari wajahnya,...tapi dia tetap diam...dan diam.......Keramaian
orang secara perlahan mengisi kedinginan dan kekosongan diriku, tapi aku tetap
merasa dingin dan sepi.......sesekali kupandangi wajah yang tersenyum itu,
namun hanya air mata yang keluar dan membasahi wajahku....., ya...aku tetap
terdiam dengan menggenggam butiran butiran rosaria yang aku jalankan sesuai
dengan irama batinku yang tak menentu. Sekali lagi aku memandang wajah yang
tersenyum itu lebih lama.......namun terdengar bisik lembut di telingaku “
sudah ya.....relakan ia pergi?”.....aku tetap diam memandang dia yang tersenyum
dan tak menghiraukan suara itu. Sekilas senyuman itu sirna dari hadapanku, dan
terdengar keras olehku suara benturan antara palu dan paku dan menutup segala
sesuatu yang pernah aku alami dengan dia dalam hidupku, terasa sekali
perpisahan itu............aku tak bisa menahan teriak dan air
mataku.......perpisahan pun sangat terasa dan dia benar - benar tak terlihat
dari pandanganku, saat butiran – butiran tanah telah menimbun dia. “Tuhan
kenapa ini harus terjadi?????????????” Saat itu juga aku benar – benar
merasakan sudah terpisah dari sosok yang dewasa, jujur, tegas, polos, bertanggungjawab
dan sangat berharga dalam hidupku.
***
Kesadaranku pun kembali, masih tak tersa air
mata itu keluar tanpa henti, walau sudah delapan yang lalu, peristiwa itu
terkadang masih meninggalkan luka yang dalam. Hanya dengan iman dan harapan
akan kebahagiaan kekal menjadi sebuah penghiburan ku bahwa bapak yang ku cintai
telah berbahagia dalam kemuliaan surga bersama Para Kudus yang oleh Gereja
diperingati setiap bulan November. Terimakasi Bapak untuk semua yang telah
engkau berikan selama hidupmu kepada kami... (koleta)
Izin ya admin..:)
ReplyDeleteMain dan Menangkan permainan bersama kami di ARENADOMINO 8 permainan poker online tanpa robot silahkan main dan buktikan sendiri jika kesulitan bisa
dibantu dalam pendaftaran silahkan langsung bergabung untuk info lebih jelas WA +855 96 4967353