"Saya punya impian anak-anak SD Inpres Syuru
unggul. Mereka unggul secara intelektual, spiritual dan emosional. Karena itu,
kami selalu mengadakan pertemuan rutin untuk membahas program kerja sekolah dan
penganggarannya. Kami mengelola keuangan sekolah secara terbuka. Selain itu,
saya mengawasi para guru supaya rajin masuk sekolah dan mengajar serta mendidik
anak-anak," tutur Kepala SD Inpres Syuru,Abraham Yakairem”
Oleh:
Petrus Pit Supardi
Syuru
terkenal di kota Asmat lantaran tahun 1953, misionaris Katolik, Pastor Zegward,
MSC pertama kali menginjakkan kaki di kampung ini. Waktu itu, suasana perang
dan pengayauan (kanibalisme) masih lumrah terjadi di tanah lumpur Asmat. Sejak
kedatangan Pastor Zegward, MSC untuk memberitakan Injil sampai saat ini orang
Syuru hidup rukun dan damai, tanpa perang dan pengayauan.
Memasuki
kampung Syuru, setiap mata akan memandang SD Inpres Syuru. Sekolah ini memiliki
halaman luas dan rindang. Ratusan pohon mengitari sekolah ini. Suasana ramah
dan senyum selalu terpancar dari raut wajah para guru dan siswa. Sekolah dasar
yang berdiri sejak tahun 1982 ini, saat ini memiliki 423 siswa. Dari jumlah
tersebut, 197 adalah laki-laki dan 226 siswa perempuan.
Para guru SD Inpres
Syuru sedang memberikan makanan tambahan bagi anak-anak SD Inpres Syuru, 27
Oktober 2017
Sedangkan
para guru yang mengajar di SD Inpres Syuru berasal dari berbagai latar belakang
suku. Mereka berasal dari Asmat, Kei, Jawa dan Toraja. Saat ini, Kepala SD
Inpres Syuru adalah Abraham Yakairem. Ia berasal dari Ewer, Kampung Saw.
SD
Inpres Syuru sebelumnya dipandang sebelah mata. Sekolah ini tidak ada bedanya
dengan sekolah lain di kota Agats. Papan nama sekolah tampak suram dimakan
usia. Demikian halnya, papan gugus depan Pramuka hampir patah.
WC
siswa rusak berat. Kantin sekolah tidak pernah terpikirkan untuk dibangun.
Ruang Perpustakaan masih menjadi tumpukan buku dan peralatan yang rusak. Visi
misi sekolah belum dipublikasikan. Di ruang kelas tidak tampak karya para
siswa. Proses belajar mengajar di ruang kelas berlangsung monoton.
Kondisi
SD Inpres Syuru terbilang biasa-biasa saja. Meskipun demikian, semangat perubahan
yang dimiliki kepala sekolah dan para guru di SD Inpres Syuru tidak pernah
surut. Impian untuk melakukan perubahan tata kelola dan perbaikan fisik SD
Inpres Syuru terjawab tatkala sejak Maret 2017 yang lalu, Landasan Papua hadir
di Agats, Asmat.
Melalui
perjumpaan dan diskusi, kerinduan kuat untuk memperbaiki SD Inpres Syuru
menemukan jalannya. Pada bulan Mei 2017 yang lalu, tiga orang guru dari SD
Inpres Syuru, Kepala Sekolah, Abraham Yakairem, guru senior, Susilo dan
operator sekolah, merangkap guru Bahasa Inggris, Amaranta Letsoin mengikuti
pelatihan SPM, MBS dan persiapan akreditasi yang dilaksanakan oleh Landasan
Papua di Kantor Pusat Pembinaan Pastoral Keuskupan Agats.
Usai
mengikuti kegiatan tersebut, Kepala SD Inpres Syuru, Abraham Yakairem membentuk
tim akreditasi untuk mempersiapkan akreditasi sekolah.
Susilo sedang memberikan arahan kepada
anak-anak SD Inpres Syuru, 20 November 2017.
SD Inpres Syuru membuka jalan menuju perbaikan tata kelola. Proses pembenahan dimulai dengan rapat pembentukan tim akreditasi sekolah. Dalam rapat tersebut, Susilo terpilih sebagai ketua tim. Proses pembenahan pun dimulai dengan pembuatan RPP, dokumen kurikulum sekolah, pembentukan komite sekolah, pemancangan papan visi-misi sekolah, papan nama sekolah, papan Gugus Depan (Gudep) Pramuka, perbaikan WC dan pembenahan Perpustakaan.
Kepala
SD Inpres Syuru, Abraham Yakairem berkisah bahwa dirinya menjadi Kepala Sekolah
SD Inpres Syuru sejak tahun 2015. Ia mengatakan bahwa sejak menjadi kepala
sekolah dirinya membangun komunikasi dengan semua guru. "Saya mengajak
para guru untuk melakukan pertemuan dan membahas pengembangan sekolah.
Saya tidak kerja sendirian. Apa lagi untuk persiapan akreditasi, setelah
mengikuti pelatihan SPM dan MBS, termasuk Evaluasi Diri Sekolah (EDS) bersama
Landasan Papua, kami langsung membentuk tim akreditasi yang diketuai oleh
Susilo, salah satu guru senior di SD Inpres Syuru," tuturnya.
Abraham
berharap, ke depan SD Inpres Syuru menjadi sekolah unggul di tanah Asmat. Untuk
itu, ia berharap Dinas Pendidikan memberikan perhatian, terutama penambahan
ruang belajar karena saat ini sebagian siswa harus belajar di Perpustakaan.
Selain itu, dirinya minta supaya kepala kampung Syuru, Asuwetsy dan Kaye
mengalokasikan anggaran dari ADD untuk SD Inpres Syuru supaya bisa dilakukan
perbaikan Perpustakaan, penambahan alat peraga siswa dan melengkapi kebutuhan
lainnya. "Saya sangat berharap Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat dan
tiga kepala kampung di Syuru untuk memperhatikan SD Inpres Syuru sehingga
sekolah ini bisa unggul secara intelektual, emosional dan spiritual,"
tuturnya.
Mengenai
pengelolaan keuangan sekolah, Abraham mengungkapkan bahwa sejak dirinya menjadi
kepala sekolah, keuangan sekolah dikelola secara terbuka antara dirinya,
bendahara dan semua dewan guru. "Saya ambil dana BOS dari bank. Sesudah
itu, saya taruh di depan semua dewan guru dan kami mengaturnya secara bersama,
terbuka satu sama lain sehingga semua guru mengetahuinya dan merasa puas.
Laporan keuangan kami tempel di papan informasi," tutunya.
Sementara
itu, Karel Ohoiwutun, guru senior yang sejak tahun 2004 mengajar di SD Inpres
Syuru mengungkapkan bahwa sebagai bendahara sekolah dirinya selalu terbuka
mengelola keuangan sekolah. "Di sekolah ini, pengelolaan keuangan bersifat
terbuka. Kami memiliki rencana kerja sekolah. Ketika dana BOS cair, kami
menggunakannya sesuai rencana yang telah kami susun dan tetapkan. Setiap orang
yang diberi tugas akan mengambil uang, membelanjakannya sesuai kebutuhan dan
membuat laporan keuangan serta nota," tuturnya menjelaskan.
Guru
senior yang sudah betah tinggal di Asmat ini menuturkan selama persiapan
akreditasi dirinya dan para guru berusaha mempersiapkan segala keperluan
seperti fotokopi buku, pembelian printer dan lain-lain. "Saya berusaha
dengan berbagai cara supaya sekolah ini bisa terakreditasi dengan baik,
termasuk membangun kantin," tuturnya.
Karel
berharap semua sekolah dasar di Kabupaten Asmat mengelola keuangan sekolah
secara terbuka dan melibatkan semua dewan guru. "Pengelolaan keuangan
sekolah harus dilakukan secara terbuka. Semua guru harus terlibat dalam
pengelolaan keuangan yang dimulai dari proses perencanaan sekolah sampai tahap
pelaporannya. Para guru harus mengetahui pengelolaan keuangan sekolah. Intinya,
semua guru harus berjalan bersama untuk masa depan sekolah yang lebih baik,
termasuk mengetahui penggunaan dana BOS," tegasnya.
Hal
senada diungkapkan oleh guru senior lainnya, Susilo, yang juga ketua tim
delapan standar akreditasi SD Inpres Syuru bahwa pihaknya bekerja keras dalam
mempersiapkan akreditasi. Dirinya bersama para guru membagi tugas sesuai
delapan standar akreditasi, kemudian mengerjakan dokumen yang diperlukan dalam
akreditasi sekolah. "Setelah mengikuti pelatihan SPM dan MBS, termasuk
simulasi evaluasi diri sekolah (EDS) kami langsung membentuk tim akreditasi dan
mempersiapkan semua dokumen. Saya mengontrol pekerjaan tim delapan standar
akreditasi. Kami juga melakukan rapat untuk mengevaluasi proses yang telah kami
jalani dalam mempersiapkan akreditasi," tuturnya.
Susilo
yang sejak tahun 2004 mengajar di SD Inpres Syuru berharap melalui momentum
akreditasi, semua sekolah dasar di Kabupaten Asmat mau berbenah. "Sekolah
dasar harus menata sekolahnya supaya bisa terakreditasi sehingga kepala sekolah
bisa menandatangani ijazah siswa. Sebab, kalau sekolah tidak terakreditasi,
maka kepala sekolah tidak bisa menandatangani ijazah. Melalui akreditasi juga
tata kelola sekolah menjadi lebih baik sehingga para siswa bisa memperoleh
pendidikan berkualitas." tuturnya.
Susilo
yang sejak tahun 2004 mengajar di SD Inpres Syuru berharap melalui momentum
akreditasi, semua sekolah dasar di Kabupaten Asmat mau berbenah. "Sekolah
dasar harus menata sekolahnya supaya bisa terakreditasi sehingga kepala sekolah
bisa menandatangani ijazah siswa. Sebab, kalau sekolah tidak terakreditasi,
maka kepala sekolah tidak bisa menandatangani ijazah. Melalui akreditasi juga
tata kelola sekolah menjadi lebih baik sehingga para siswa bisa memperoleh
pendidikan berkualitas." tuturnya.
Mengenai
pembenahan SD Inpres Syuru, guru senior yang menyelesaikan pendidikan gurunya
di SPG Yos Sudarso Merauke ini berharap ke depan ada perbaikan sarana prasarana
(penambahan ruang kelas, ruang guru). Selain itu, kualitas guru harus
ditingkatkan dan pola mengajar perlu disesuaikan dengan konteks kehidupan
anak-anak Asmat. "Saya pikir perbaikan mendesak saat ini adalah penambahan
ruang kelas dan peningkatan kapasitas mengajar guru kelas sehingga kualitas
anak-anak SD Inpres Syuru unggul," ungkapnya.
Sedangkan
operator SD Inpres Syuru, yang merangkap guru Bahasa Inggris, Amaranta Letsoin
mengungkapkan bahwa dirinya dan para guru antusias mengikuti pelatihan SPM dan
MBS yang dilaksanakan oleh Landasan Papua pada bulan Mei 2017. "Setelah
pelatihan itu, kami langsung membentuk tim akreditasi, komite sekolah,
perbaikan administrasi sekolah dan perbaikan fisik berupa papan visi-misi,
papan nama sekolah dan papan gugus depan Pramuka.”
Ia
mengungkapkan bahwa para guru di SD Inpres Syuru aktif mengajar dan mendidik
anak-anak. Para guru juga mengadakan rapat rutin setiap bulan untuk
mengevaluasi proses belajar mengajar dan berbagai program yang dilaksanakan di
SD Inpres Syuru. "Kami berusaha memenuhi harapan orang tua supaya
anak-anak mereka yang sekolah di SD Inpres Syuru memiliki prestasi akademik
yang bagus, disertai perilaku yang baik pula," tuturnya.
Para
guru SD Inpres Syuru mendidik anak-anak dari kampung Asuwetsy, Syuru dan Kaye.
Mengingat selama ini sebagian orang tua kurang peduli pada pendidikan anak-anak
dengan membiarkan anak-anak bermain di rumah atau membawanya ke dusun untuk
mencari makanan, maka Amaranta Letsoin berharap agar ke depan orang tua secara
sadar dan suka rela mengantar anak-anak ke sekolah. Selain itu, dirinya
berharap agar ketiga kepala kampung di Syuru bisa memberikan bantuan keuangan
kepada SD Inpres Syuru sehingga berbagai kekurangan seperti ruang lab komputer,
ruang UKS dan ruang laboratorium IPA bisa terpenuhi. Dirinya juga minta kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat untuk memberikan dukungan penambahan ruang kelas
dan ruang guru. "Saya sangat berharap tiga kepala kampung bisa membantu
ruang lab komputer dan UKS. Sedangkan untuk Dinas Pendidikan tolong membangun
ruang kelas karena jumlah siswa semakin bertambah," tuturnya.
Amaranta,
perempuan asal Tual, yang dijuluki manusia "serba bisa" di SD Inpres
Syuru ini mengucapkan terima kasih kepada tim Landasan Papua yang telah
memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para guru sekolah dasar di Distrik
Agats. "Kami sangat berterima kasih kepada tim Landasan Papua yang selalu
mendampingi SD Inpres Syuru sehingga kami bisa menata sekolah ini. Kami
berharap Landasan tetap mendampingi kami," tuturnya.
Sedangkan
pengelola Perpustakaan SD Inpres Syuru, Getruda Woraip mengungkapkan bahwa
anak-anak SD Inpres Syuru sangat aktif ke Perpustakaan. Setiap jam istirahat
anak-anak berbondong-bondong datang ke Perpustakaan untuk membaca dan
mengerjakan tugas. "Anak-anak rajin ke Perpustakaan ini. Mereka datang
untuk kerja tugas yang diberikan Bapak/Ibu guru dan membaca buku.
Tetapi,
Perpustakaan ini juga digunakan oleh siswa lain untuk belajar sehingga sering
kali terganggu." Getruda berharap ke depan Perpustakaan hanya untuk
anak-anak yang hendak membaca buku dan mengerjakan tugas. Ia juga berharap
supaya Perpustakaan SD Inpres Syuru dilengkapi dengan buku-buku pelajaran, buku
cerita dan novel. "Saya berharap ke depan Perpustakaan SD Inpres Syuru
bisa memiliki ruang sendiri dan koleksi buku memadai sehingga bisa diakses oleh
siswa/i di kota Agats," harapnya.
Perbaikan
tata kelola di SD Inpres Syuru berdampak pada peningkatan prestasi sekolah.
Pada saat pagelaran Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) tingkat SD se-Kabupaten
Asmat, pada tanggal 20 November 2017 yang lalu, SD Inpres tampil sebagai juara
umum dengan torehan prestasi juara pertama lomba pidato, menggambar dan sepak
bola.
Selain
itu, pada tanggal 20 Oktober 2017 yang lalu, SD Inpres Syuru mendapat kunjungan
dari Telkomsel Mengajar Provinsi Papua. Kunjungan juga datang dari BP3TI
Jakarta pada tanggal 11 Desember 2017. Sedangkan di tingkat Kabupaten Asmat, SD
Inpres Syuru menjadi sekolah dasar Penggerak, tempat belajar bagi sekolah dasar
lainnya yang hendak mempelajari tata kelola sekolah dasar.
SD
Inpres Syuru akan terus berbenah menjadi sekolah dasar Penggerak di Kabupaten
Asmat. Harapannya, sekolah dasar lainnya bisa belajar manajemen pengelolaan
administrasi dan pembelajaran kreatif di SD Inpres Syuru. Dengan demikian,
perlahan semua sekolah dasar di Kabupaten Asmat bisa menjadi tempat belajar
yang berkualitas bagi anak-anak Asmat. (Petrus Pit Supardi)
Artikel
ini sudah dimuat di Kompasiana
dengan
judul “Membuka Jalan di Asmat”
dan
atas izin penulis, tulisan ini dimuat kembali
ReplyDeleteIzin ya admin..:)
Yuk dapatkan hadiah ny dengan modal 20rb saja sudah bisa menikmati semua permainan poker di ARENADOMINO loh yuk langsung saja.. WA +855 96 4967353
ReplyDeleteIzin ya admin..:)
Suntuk di rumah yuk gabung dan menangkan permainan kartu bersama kami hanya di ARENADOMINO 8 game kami sediakan untuk kalian semua so tunggu ap lagi yukk... WA +855 96 4967353