Merawat Dengan Penuh Kasih Sayang

Fafruar - Bekerja sebagai perawat dan mendampingi, merawat ODHA bukanlah hal yang mudah. Meski sebenarnya bukan menjadi bidangnya, namun karena keinginan dan kemauan untuk melayani sekaligus belajar serta mencari pengalaman baru, maka Yuliana Supatmiati bekerja mendampingi ODHA di Hospis “Surya Kasih”, Jayapura Papua.

Yuli sedang masak untuk pasien ODHA
di Rumah Surya Kasih, Jayapura, Papua

Sejak awal Agustus 2007 mulai bekerja penuh di Hospis “Surya Kasih”. Yuli merupakan perawat pertama yang bergambung dan mengabdi untuk melayani pasien ODHA.

Yuli adalah perawat asal Bangunrejo, Lapung Tengah. Setelah menyelesaikan pendidikan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) di SPK Misi Lebak, Rangkas Bitung tahun 2000, ia bekerja di Rumah Bersalin St. Maria Metro selama enam tahun (2000-2006). Pada tahun 2006 ia pindah ke Papua dan bekerja di Rumah Sakit Dian Harapan (2006-2007).

Perawat yang lahir di Bangunrejo, 4 Mei 1981 ini tidak berpikir tentang berat dan resikonya mendampingi ODHA. Namun karena cintanya kepada mereka yang ditinggalkan keluarganya, ia melayani dengan baik dan berusaha semampunya untuk merawat setiap pasien dengan penuh kasih sayang.
Baginya harus memiliki sikap kasih dan terbuka merima semua pasien apa adanya. Di samping itu, karena pasien itu sebagian telah dijauhkan oleh keluarga dan para sahabatnya, maka sebagai perawat harus melayani dengan baik. Dokter ataupun petugas medis lainnya telah bersumpah untuk setia pada profesinya sebagai tenaga medis. Sesuai sumpah itu, harus menjalankan tugas demi kepentingan umum, tanpa ada unsur sukuisme, agama atau apa pun jenisnya. Hal inilah membuat Yuli merawat pasien dengan kasih dan tidak membeda-bedakan.

Pekerjaan ini, sebenarnya bagi sebagian orang menakutkan. Penyakit menular, mematikan dan belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Tetapi dengan latar belakang ilmu yang diperoleh tentang penyakit menular, ia mengatakan bahwa pada prinsipnya harus dikonsultasikan dengan dokter ahli. Paling tidak sudah ada pengetahuan dasar yang dimiliki tentang bagaimana menangani pasien yang terkena penyakit menular, sehingga ketika berjumpah dengan masalah semacam itu tidak lagi kaget.

Aktivitasnya setiap hari adalah memandikan, memberikan makan, memberikan obat kepada pasien, dan memberikan motivasi yang menghiburkan. Begitulah rutinitasnya setiap hari. “Walaupun cukup menantang namun sebagai seorang perawat (tenaga medis) berkewajiban melakukan pekerjaan dengan tabah, pantang menyerah dan tidak bersungut-sungut. Karena itu merupakan kunci keberhasilan dalam melayani mereka yang sakit sehingga mereka sungguh merasakan bahwa sebernarnya mereka diperhatikan secara serius dan sepenuh hati.

Dalam setiap pelayanannya ia tetap percaya pada penyelenggaraan Tuhan. Dengan percaya pada penyelenggaraan Tuhan, maka segala sesuatu akan berhasil. Perlu disadari bahwa kesembuhan itu datangnya dari Tuhan serta sikap keterbukaan dari si penderita sendiri yang ingin sembuh.

Apa yang telah saya lakukan itu tidaklah seberapa. Saya hanya mau mencoba mengabadikan diri untuk Tuhan yang dikonkritkan dengan pelayanan kepada mereka yang sakit. Tidak hanya sebatas kata-kata semata tetapi sungguh diwujudkan dalam tindakan nyata, yakni melayanani orang kecil yang menderita dan tak berdaya.

Selama tujuh tahun bekerja di Hospis “Surya Kasih” Jayapura, Papua, dan pada bulan Agustus 2014, Yuli kembali ke Lampung. Di Lapung ia bekerja sebagai perawat pelaksana di Klinik Enggal Saras, Kec. Bangunrejo, Lampung Tengah, dari 2 Mei 2015 sampai sekarang.

Yuli kembali ke Lampung karena harus merawat ibunya yang sudah tua. Walaupun kembali ke tempat asal namun kerinduannya untuk kembali lagi ke Papua. Bekerja mendampingi, dan merawat ODHA membuatnya semakin mencintai orang kecil.

Bagi orang lain, bekerja itu harus di tempat yang aman, nyaman dan gaji besar. Tetapi bagi Yuli bukan itu yang ia inginkan tetapi bagaimana bisa bekerja untuk melayani dengan hati yang tulus dan penuh cinta. (El)
Share on Google Plus

About Fafruar

0 komentar:

Post a Comment