Ini adalah gambar ilustrasi |
Fafruar - Awal pertemuan dan perkenalan antara pria dan wanita menjadi momen yang indah dimana keduanya saling mengadu cinta. Memang terasa indah bila hubungan itu penuh dengan asmara yang tak dapat dilukiskan.
Namun keindahan dari cinta itu tak selalu indah, bahkan bisa berakhir dengan rasa sakit, kecewa, stres dll. Banyak dari wanita maupun pria yang selalu mengalami dan merasakan pedihnya putus cinta.
Cinta itu hanya sesaat. Seringkali hanya sebagai pelarian atau pelampiasan bagi kaum wanita dan pria karena tak merasa cinta dan kasih sayang yang diharapkan dari atau oleh pasangannya dan itu sering terjadi dan terutama bagi mereka yang sudah berkeluarga.
Ketidakpuasan ini membuat orang lari keluar dari rana kehidupan keluarga dan mencari suasana yang baru, dimana ia dapat memberikan rasa puas sesuai dengan yang diharapkan.
Baca juga: Cerita Pengalaman Rohani Dibalik Penjara
Kepuasan ini cuma hanya sesaat, tetapi ada pula berjalan terus hingga menimbulkan suatu keributan atau kehancuran hubungan karena cinta segi tiga. Cinta seperti ini akan membuat rasa sakit yang sungguh-sungguh merobet seluruh diri dan terjadi keseteruan yang sangat besar.
Hal seperti ini yang perlu dipelajari dan dipahami setiap induvidu dalam mengatasi masalah hubungan suami istri dalam keluarga. Jangan karena tidak ada rasa cinta, kasih sayang, rasa puas lalu mencari yang lain. Ini bukan makanan, tetapi masalah jatih diri yang harus dihargai dan dijaga.
Pelarian keluar dari kehidupan keluarga untuk mencari kepuasaan hanya mendatangkan masalah baru yang merugikan orang lain, diri sendiri, dan keluarga. Jangan terbuai dengan rasa kenikmatan, nafsu yang tinggi, tetapi mengambil waktu untuk berpikir dan merenungkan. Hal ini guna untuk mengabil sikap untuk meninggalkan, melepaskan suami atau istri secara hormat dan mencari yang lebih baik sesuai keinginan yaitu dapat memberikan rasa kebahagiaan.
Namun sikap melepaskan bukanlah hal yang mudah dan bukan cara yang terbaik dalam menyelesaikan masalah rumah tangga. Janganlah terburu-buru dalam mengambil keputasan. Mengapa demikian karena akan menimbulkan dan atau meninggalkan rasa kekecewaan dan kehilangan yang membuat hati menjadi sakit.
Karena itu sebelum membangun rumah tangga harus berpikir secara matang tentang apa itu perkawinan. Sebab lebih banyak orang terburu-buru untuk menikah tampa memikirkan secara matang tentang masa depan perkawinan itu. Yang selalu diinginkan adalah supaya bebas dari pembicaran orang bila dua pasangan itu berjalan atau pun tinggal bersama. Tetapi mereka tidak memikirkan kendala-kenda, dan jatuh bangun, suka duka dalam mempertahankan cinta itu.
Sedikit dari mereka yang kehilangan cintanya membuat stres dan menjadi gila karena mempunyai harapan bahwa cinta itu akan berjalan mulus hingga ajal menjemput. Namun ternyata cinta itu hanya sebagai sebuah mainan atau sebuah rasa bila tidak rasa enak atau bosan dibuang atau diganti. Cinta dalam sebuah perkawinan adalah saling memberikan diri satu sama lain seumur hidup. Karena itu apa pun kesulitan hidup harus menjadi tanggungjawab bersama dan saling mendukung satu sama lain.
Saat ini banyak hal yang dapat merusak hubungan dan kehidupan keluarga. Seperti kita tahu bahwa perkembangan teknologi semakin hari semakin menggoda konsumen. Melalui teknologi seperti media sosial, orang dapat berinterasi dengan banyak orang yang tidak jelas latar belakangnya. Dari interaksi yang mula-mula berkomunikasi baik secara tertulis maupun lisan yaitu dengan SMS, Messeger, Chating, Whatsapp, Telpon, VC dapat membuat orang mulai terbuai, tergoda dan mengikuti keinginan (nafsu) yang cuma sekedar mencari pelampiasan, kepuasan dll. Hal ini membuat masa depan keluarga menjadi hacur.
Sebab itu membiasakan diri dengan menyibukkan diri, melalui kerja tangan. Berbuat sesuatu yang berguna bagi masa depan keluarga seperti jualan, tanam sayur, atau pun sesuatu yang bersifat inovatif. Dari pada menghabiskan waktu dengan bermain HP, tidur, menggosip, kumpul-kumpul tanpa ada artinya. Dan juga membiasakan diri untuk aktif dalam doa atau pun acara-acara keagamaan, kerohanian serta membaca buku-buku rohani guna membina kerohanian dan kepribadian.
Dari hal-hal di atas ini membantu menjauhkan diri dari dunia yang penuh instan, serta godaan-godaan teknologi yang kini membuat orang terjun dalam hal-hal yang merugikan dan menghancurkan diri sendiri, keluarga, dan banyak orang (orang lain). (El)
0 komentar:
Post a Comment