Mama dan Noken

Gambar ilustrasi: https://travel.detik.com/

Fafruar - "Mama, ada singkong kah?," Saya melontarkan pertanyaan kepada seorang Mama yang baru pulang dari kebun di "darat" kompleks Jalan Nusantara, Agats.

Terlihat seorang Mama (ibu) sedang memikul dua noken besar. Satu noken berisi singkong, dan noken lainnya berisi daun singkong dan daun petatas (ubi jalar).

"Mama, saya beli singkong satu tumpuk dan daun singkong satu tumpuk," ujarku. Dengan sigap, Mama langsung siapkan satu tumpuk singkong dan daunnya.

"Ko (kau) mau beli daun singkong kah, daun petatas (ubi jalar)?," tanya Mama untuk meyakinkan saya.

"Mama, saya makan singkong lapis dengan daunnya," jawabku sambil kami berdua tertawa.

"Mama, terima kasih. Mama punya noken sudah lebih ringan. Tuhan berkati Mama," ujarku sambil menyerahkan uang kepada Mama.

Mama dan Noken (men-atau sebutan lainnya) selalu menginspirasi. Mama dan Noken, simbol perjuangan hidup. Poinnya adalah Mama, si pejuang sejati.

Sejak tahun 2006, waktu tinggal di Sang Surya, Abepura, pada saat giliran masak, pasti setelah ibadah malam (completorium), saya ke pasar malam Mama-mama Papua di depan Kampus FKM di Abepura. Di dekat halte itu, Mama-mama duduk jual sayur. Umumnya sayur kangkung dan daun petatas (hipere dalam bahasa Baliem).

"Mama, lauk..." Begitulah saya menyapa Mama-mama. Kadang-kadang, cerita ke sana ke mari. Saya tanya Mama tinggal dimana? Anak berapa orang? Bapa dimana? Bapa kerjakah tidak? Anak ada sekolah kah tidak?

Ahhh....banyak tanya. Dari tanya-tanya itu, bikin kami dekat. Saat tinggal di APO, saya biasa di Ampera, Percetakan, dan depan Galael. Mama dorang (mama mereka) biasa kasih jeruk dan salak. "Ko (kau) makan ini buah," tutur mereka. Ya, di APO, saya biasa bawa koran bekas. Mama-mama yang jual ikan asar dorang (mereka) pakai untuk bungkus ikan.

Kini, di Agats, setiap sore, saya pergi cari sayur. Saat beli sayur, pasti saya tanya, Mama tinggal di mana? Mama dari kampung mana? Dan lain-lain...

Cerita dengan Mama-mama Papua di pasar selalu bikin asyik. Kadang dorang (mereka) marah, "Ko (kau) jangan tawar-tawar. Kenapa ko (kau) beli sayur satu saja?" Dan macam-macam pertanyaan lain.

Dan saya selalu dapat berkat ini, "Yo.. Anak, terima kasih. Jalan hati-hati." Saya sungguh-sungguh merasakan sapaan berkat melimpah dari Mama-mama itu. Mama dan Noken, selalu ada berkat untuk kitorang (kita) semua.

Mama dan Noken, bukan saja tentang ekonomi belaka, ia melampaui lembar-lembar uang, ia mengalirkan cinta dan belas kasih.

Semoga kita semua selalu datang ke Mama-mama Papua, bukan hanya untuk beli sayur, ikan, sagu dan umbi-umbian, tapi juga berbagi kisah dan berkat Allah untuk kitong pu (kita punya) Mama-mama. Dormomooo… (Petrus Pit Supardi)

Share on Google Plus

About Fafruar

0 komentar:

Post a Comment