Oleh: Valent Cristian Sihotang
Moral Keutamaan
Keutamaan merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh manusia untuk berpikir, bersikap dan bertindak secara benar. Moral keutamaan diterima dan dikembangkan
melalui pendidikan dan usaha yang terus-menerus sehingga menjadi suatu habitus.
Melalui habitus ini, seseorang tidak hanya terbatas pada suatu perbuatan baik
tetapi juga menyadari bahwa dalam hatinya ia ingin melakukan yang baik.
Contohnya, seorang yang suka menolong tidak hanya karena menolong itu baik,
tetapi juga dalam hatinya ia suka menolong. Keutamaan bisa saja hilang jika
kita senantiasa melakukan tindakan-tindakan yang berlawanan dengan keutamaan
tersebut. Tindakan-tindakan
ini tidak hanya menghancurkan keutamaan tapi juga
mendatangkan kefasikan
(vice).
![]() |
Valent Cristian Sihotang |
Dalam Kitab Suci, manusia diciptakan segambar dengan Allah. Namun
manusia jatuh kedalam dosa karena tidak taat pada perintah Bapa. Kejatuhan ini
membuat manusia terasing dengan Allah. Tetapi kejatuhan ini tidak membuat manusia kehilangan kemampuan untuk berpikir dan bermoral tetapi kehilangan kemampuan untuk bertindak
bebas, selalu ada yang membayangi hidupnya misalnya, hasrat, harta dll. Allah memberikan rahmat-Nya agar manusia mengalami
kehidupan yang baru. Kehidupan
baru manusia ada dalam
Kristus yang memberi
rahmat untuk bertekun dalam kehidupan yang penuh keutamaan. Manusia
tidak dibenarkan karena perbuatan baiknya tetapi karena menerima rahmat dari Allah. Manusia diselamatkan
oleh rahmat. Karena
manusia diselamatkan maka dia harus hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Ada dua jenis keutamaan yaitu keutamaan teologis dan kardinal. Keutamaan teologis adalah iman,
harapan, dan kasih yang berhubungan secara langsung dengan Allah. Keutamaan
kardinal merupakan
dasar dari semua keutamaan manusiawi. Keempat keutamaan tersebut adalah
kebijaksanaan (prudence), keadilan (justice), keberanian (fortitude) dan
pengendalian diri (temperance).
Keutamaan
kardinal disebut juga sebagai keutamanaan-keutamaan “engsel” karena Keempat keutamaan ini saling terkait satu dengan yang
lain. Satu keutamaan membutuhkan ketiga keutamaan yang lain. Sehingga suatu tindakan dikatakan benar jika dilandasi oleh
keempat keutamaan tersebut.
Pertama, Kebijaksanaan: menyatukan keutamaan-keutamaan yang diusahakan
dan kemudian memampukan orang yang berkeutamaan menemukan sarana dalam
bertindak dan hidup. Kebijaksanaan menyempurnakan hidup dan tindakan manusia.
Tanpanya hidup manusia akan kacau dan pilihan-pilihannya akan kacau juga,
mungkin keliru. Contoh seorang bapak yang mau menolong anak tetapi dengan
mencuri. Dari kasus ini Thomas Aquinas akan bertanya apa kamu pikirkan dengan
tindakan mencuri, bukan mengapa mencuri? Motivasi untuk melakukan suatu
tindakan yang memadai. Pertanyaan Aquinas terletak disposisi bapak tersebut,
bukan motivasinya. Menurut Aqunias kebijaksanaan menjadi hal yang utama. Dari
kasus bapak tersebut tidak hanya bisa dilihat dari intensi dan motivasinya
harus dilihat dengan kebijaksanaan, kedilan, keberanian dan keugaharinanya.
Kedua, Keadilan: mengatur segala prisnip-prinsip ke luar
(eksterior) bagi pengendalian diri (ugahari) dan keberanian: contoh, kapankah
tindakan berani dinamakan keutamaan?
Apakah orang yang berani melakukan bom bunuh diri dikatankan keutamaan
keberanian? Bukan keutamaan. Menjadi keutamaan bila, tindakan mempunyai
keadilan. Pengandilan diri mempunyai prinsip-prinsip. Adil tidak hanya pada
tindakan ekternal saja, tetapi juga
pikiran. Semua orang mempunyai semua daya-daya ini.
Ketiga, Keberanian: Keberanian adalah keutamaan pokok yang memastikan keteguhan kehendak
dalam melakukan kendati dihadapkan dengan berbagai kesulitan. Keutamaan ini
memungkinkan kita untuk mempertahankan keseimbangan (ketenangan) dalam
menghadapi bahaya.
Keempat, Pengendalian Diri: keutamaan moral
yang mengekang ketertarikan terhadap kesenangan dan menggunakan benda-benda
lain secara seimbang. Pengendalian diri memampukan kita menjadi diri kita
secara utuh dan tidak menjadi budak makanan, alkohol, seks, judi, kenyamanan,
keberhasilan, atau kenikmatan lain.
Refleksi
Pada dasarnya manusia mencita-citakan suatu kehidupan yang
lebih baik saat ini dan di masa depan yaitu hidup sejahtera dan bahagia baik
lahir maupun batin. Bagi orang beriman kristiani, hidup bahagia itu adalah
kehidupan yang kekal, di mana manusia mengalami kebahagian abadi bersama Allah.
Demi kebahagian hidup itulah manusia
berusaha dan berjuang bahkan sampai mengorbankan dirinya. Faktor yang penting
dalam diri manusia, yang menentukan perwujudan cita-cita hidup yang bahagia
adalah sikap yang baik yang ada dalam batin manusia itu sendiri. Sikap yang
baik itu dalam konteks moral disebut keutamaan. Jadi manusia secara mutlak perlu memiliki keutamaan dalam
dirinya untuk mewujudkan cita-cita hidup yang lebih baik, yaitu: kehidupan yang
bahagia sejahtera
Keutamaan
tidak
secara otomatis bertumbuh-kembang dalam diri manusia sampai menjadi kualitas
hakiki dari karakter manusia. Keutamaan perlu ditumbuh-kembangkan oleh manusia
sampai menjadi kebiasaan atau habitus pribadi manusia. Keutamaan itu mempengaruhi pribadi manusia, terutama hati, jiwa, pikiran dan tenaga
manusia. Keutamaan itu juga akan menggerakkan
manusia dari dalam dan mendorong manusia untuk merealisasikannya dalam tindakan atau perbuatan yang baik yang dilandasi ratio dan kehendak
yang baik pula. Perbuatan baik secara moral adalah tindakan yang dilakukan
manusia sesuai dengan prinsip-prinsip moral, nilai-nilai moral dan norma-norma
moral. Untuk mencapai keutamaan diperlukan ketekunan usaha pribadi maupun dukungan
positif dan lingkungan, dan juga rahmat dari Tuhan.
Penulis adalah Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teologi
Fakultas Teologi
Kepausan Wedabhakti Yogyakarta
0 komentar:
Post a Comment