Fransiskus
Heatubun, Kepala SD YPPK Salib Suci Agats, selalu berdoa meminta Tuhan membuka
jalan supaya dapat membenahi sekolah yang tak dikelolah dengan baik.
Oleh:
Petrus Pit Supardi
“Setelah mengikuti pelatihan SPM dan MBS yang digelar
Landasan Papua pada 23 Mei-1 Juni 2017 yang lalu, saya kembali ke sekolah dan
melakukan evaluasi diri sekolah serta membentuk tim delapan standar akreditasi
sekolah," tutur Kepala SD YPPK Salib Suci Agats, Fransiskus Heatubun pada saat
Raker Kepala Sekolah se-Kabupaten Asmat di gedung Wiyata Mandala, Agats, 21
November 2017 yang lalu.
Fransiskus Heatubun,
Kepala SD YPPK Salib Suci Agats saat berada di ruang kerjanya, 11 Januari 2018
(dokumentasi pribadi)
SD YPPK Salib Suci Agats terletak di tengah kota Agats.
Sekolah ini didirikan oleh misionaris Katolik dari Ordo Salib Suci pada tahun
1957. Kini, sekolah ini bernaung pada Yayasan Pendidikan dan Persekolahan
Katolik (YPPK) Yan Smit Keuskupan Agats. Letaknya, seratus meter dari depan
gereja Katedral Salib Suci Agats. Meskipun berada di tengah kota Agats dan
tidak jauh dari Kantor Keuskupan Agats, tetapi sarana-prasarana dan keadaan
tata kelolanya masih memprihatinkan.
Halaman sekolah tampak gersang. Tanah di lingkungan
sekolah dibiarkan kosong. Demikian halnya, di depan kelas tidak tampak pot
bunga. Sampah berserakan di depan Perpustakaan yang jarang digunakan.
Sekolah ini memiliki 364 siswa. Siswa perempuan berjumlah
188 dan siswa laki-laki berjumlah 176. Ratusan siswa ini rela mengantri saat ke
toilet karena hanya ada dua toilet siswa yang berfungsi. Di depan sekolah,
berdiri papan nama sekolah yang sudah usang sehingga tulisannya hampir tidak
terbaca. Demikian halnya, Perpustakaan tidak berfungsi. Buku-buku tua
tergeletak di rak-rak buku. Meskipun berstatus sekolah Katolik, sekolah ini
minim sarana rohani. Di sekolah ini belum ada ruang doa.
Dari sisi tata kelola, para guru yang mengajar di SD YPPK
Salib Suci Agats belum membiasakan diri menggunakan Rencana Proses Pembelajaran
(RPP). Guru masuk ke kelas dan mengajar tanpa RPP. Situasi ini terjadi karena
dokumen kurikulum belum tersedia. Selain itu, komite sekolah belum berfungsi
maksimal. Komite sekolah dibentuk sekedar legalitas pencairan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
Masalah yang dihadapi berkaitan dengan sekolah tersebut Frans
selalu memohonkan dalam doa. "Saya berdoa minta Tuhan membuka jalan supaya
kami bisa membenahi sekolah ini," ungkapnya saat ditemui staf Landasan
Maret 2017 yang lalu. Melalui perjumpaan dengan Landasan Papua, Frans berniat untuk
membehani SD YPPK Salib Suci Agats.
Pada tanggal 23 Mei-1 Juni 2017 lalu, Landasan Papua
menggelar pelatihan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) bagi para guru di Distrik Agats. Pelatihan ini menjadi momentum bagi
Frans untuk menata sekolahnya. Ia hadir selama delapan hari tanpa alpa bersama
guru senior, Bibiana Lestari dan operator sekolah, Wendy Heatubun. Usai
mengikuti pelatihan ini, Frans langsung memimpin para gurunya untuk membenahi
SD YPPK Salib Suci Agats.
Frans memiliki komitmen membenahi SD YPPK Salib Suci
Agats, setelah mengikuti pelatihan SPM dan MBS. Ia membentuk tim delapan
standar akreditasi sekolah dan mulai melakukan pembenahan sarana prasarana
sekolah. "Setelah pelatihan SPM dan MBS, saya langsung mengajak para guru
untuk rapat. Pada saat rapat itu, kami melihat berbagai kekurangan yang ada di
sekolah ini. Kami juga membentuk tim delapan standar untuk persiapan akreditasi
sekolah," tutur Frans di hadapan para kepala sekolah se-Kabupaten Asmat.
Guru senior yang menyelesaikan Sekolah Pendidikan Guru
(SPG) Fajar Langgur pada tahun 1983 ini mengungkapkan bahwa sebagai kepala
sekolah dirinya menegaskan kepada para guru untuk melaksanakan tugas mengajar
sesuai peraturan yang berlaku yaitu wajib menggunakan RPP. Ia juga meminta
kepada para gurunya untuk disiplin dalam mengajar dan mendidik anak-anak.
"Saya tegaskan kepada semua guru di SD YPPK Salib
Suci, baik guru kelas maupun guru bidang studi untuk disiplin dalam mengajar,
mendidik dan memberikan teladan yang baik kepada anak-anak. Selain itu, seluruh
perangkat pembelajaran di kelas: silabus, RPP, program semester dan lain-lain
harus diperhatikan oleh setiap guru yang mengajar," tuturnya.
Halaman depan SD YPPK Salib Suci Agats setelah
ditata. Tampak papan nama sekolah dan gugus depan Pramuka yang baru, gapura dan
baliho para guru, 13 November 2017 (dokumentasi pribadi)
Tifa perubahan yang ditabuh Frans kini mulai tampak dan
dirasakan oleh peserta didik dan warga kota Agats. Halaman SD YPPK Salib Suci
tampak bersih dan terawat. Sampah tidak lagi bertebaran di halaman sekolah.
Area kosong telah ditanami pohon. Di depan kelas sudah ada pot bunga dicat
hijau. Bunga bertumbuh, hijau dan segar. "Saya minta anak-anak bawa pot
bunga. Kami atur dengan rapi di depan kelas sana," tuturnya sambil
menunjuk ke arah pot yang berjejer di depan salah satu ruang kelas.
Frans, asal Waur, Kei Besar yang menyelesaikan sarjana
pendidikan guru sekolah dasar di Universitas Cenderawasih, Jayapura pada tahun
2016 ini juga membangun empat toilet siswa, papan nama sekolah dan gugus depan
Pramuka, ruang doa, lemari delapan standar akreditasi, kantin sekolah dan
tempat parkir. "Kami gunakan dana seadanya untuk melengkapi berbagai
kekurangan di sekolah ini. Yayasan tidak banyak membantu karena keterbatasan
dana. Karena itu, kami hanya mengandalkan dana BOS," ujar pria yang sejak
tahun 1983 sudah menjadi guru di SD YPPK St. Paulus Atjs, Asmat.
Selain itu, saat ini para guru mulai menggunakan RPP saat
mengajar. Frans selalu mengontrol para guru untuk setia menyediakan RPP. Setiap
akhir pekan dilakukan evaluasi untuk mengecek kesiapan SD YPPK Salib Suci
menghadapi akreditasi sekolah. Para guru pun semakin aktif mengajar.
Perubahan tata kelola dan pembenahan di SD YPPK Salib
Suci Agats tidak semudah membalikkan telapak tangan. "Saya berusaha
meyakinkan para guru untuk bekerja sama membangun sekolah ini. Saya berkomitmen
meletakkan dasar penyelenggaraan pendidikan berkualitas di sekolah ini. Karena
itu, saya akan berusaha sampai sekolah ini benar-benar memenuhi standar
akreditasi," tutur Frans bersemangat.
Frans menuturkan bahwa dalam mengelola sekolah dirinya
selalu mengedepankan musyawarah bersama para guru. Dirinya membuat jadwal rapat
dewan guru setiap bulan. "Setiap bulan kami rapat guru. Pada saat rapat,
kami melakukan evaluasi proses belajar mengajar, tantangan dan kemajuan yang
kami alami dalam mendidik anak-anak. Kami juga membicarakan program kegiatan
yang akan kami lakukan pada bulan berikutnya." tuturunya. Ia menambahkan
bahwa dirinya selalu mengawasi proses pelaksanaan hasil rapat yang telah
disepakati bersama para guru.
Dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah, Frans
memiliki strategi pendekatan kepada para guru yaitu kekeluargaan. Ia menganggap
bahwa semua guru merupakan keluarganya sehingga apa pun tantangan yang dihadapi
selalu dikomunikasikan secara kekeluargaan. "Biar guru bikin salah atau
tidak melaksanakan tugas dengan baik, biasa mereka segan ketemu saya, tetapi
saya panggil dan kami bicara dari muka ke muka. Saya tidak biasa menegur mereka
di depan umum," imbunya.
Mengenai pengelolaan dana BOS, Frans menjelaskan bahwa
dana BOS dikelola secara terbuka bersama para guru. Seluruh program kerja
sekolah dibicarakan di dalam rapat dengan para guru sehingga pada saat dana BOS
cair, digunakan sesuai kebutuhan yang ada di dalam rencana anggaran belanja
sekolah yang telah ditetapkan bersama para guru. "Pengelolaan dana BOS
kami lakukan secara terbuka. Semua guru mengetahui pengelolaan dana BOS. Kami
memiliki laporan yang lengkap tentang penggunaan dana BOS sehingga tidak ada
saling curiga di antara para guru," tuturnya.
Para siswa SD YPPK Salib Suci Agats sedang
beristirahat setelah mengikuti senam pagi hari, 27 Oktober 2017 (dokumentasi
pribadi)
Perbaikan SD YPPK Salib Suci, yang dilakukan Frans pasca
mengikuti pelatihan SPM dan MBS terbilang signifikan. Ia membangun empat WC
siswa, tempat parkir, ruang doa dan kantin sekolah. "Setelah mengikuti
pelatihan bersama Landasan Papua, saya semakin menyadari tugas dan tanggung
jawab saya sebagai kepala sekolah. Saya langsung membuat perubahan dan
perbaikan di sekolah ini. Perubahan dan perbaikan yang saya lakukan di sekolah
ini merupakan bentuk tanggung jawab saya kepada sekolah ini," ujar pria
yang juga menjabat sebagai pengawas YPPK Yan Smit Keuskupan Agats ini.
Frans masih memiliki impian yaitu membangun aula sekolah dan
membenahi Perpustakaan. Ia berharap agar orang tua siswa mendukung keberadaan
SD YPPK Salib Suci dengan memberikan kontribusi nyata melalui iuran sekolah.
"Saya berharap orang tua mau membantu sekolah ini. Setiap dana yang masuk
ke sekolah, kami akan pertanggung jawabkan," tambahnya.
Ia menyampaikan terima kasih kepada pihak Dinas
Pendidikan Kabupaten Asmat yang selama ini sudah membantu SD YPPK Salib Suci
dengan memberikan guru dan membangun sarana yang diperlukan. Frans masih
berharap Dinas Pendidikan bisa memberikan guru berkualitas sehingga mutu
sekolah bisa meningkat pada tahun-tahun mendatang.
Apa pun kondisi sekolah, guru merupakan ujuk tombak
kemajuan Pendidikan di sekolah. Guru berkualitas akan menghasilkan siswa-siswa
berkualitas pula. Karena itu, Frans selalu berpesan kepada para guru SD YPPK
Salib Suci untuk membangun kerja sama di kalangan guru dan orang tua siswa dan
mencintai profesi guru dengan menjadi guru yang kreatif dan inovatif. "Hal
paling mendasar adalah guru harus mencintai anak-anak, di dalam seluruh proses
belajar mengajar sehingga anak-anak merasa diterima di sekolah," tutur
pria yang akan pensiun pada tahun 2022 itu dengan penuh serius.
Sementara itu, salah satu guru muda yang terlibat di
dalam kegiatan ekstrakurikuler siswa dan Perpustakaan SD YPPK Salib Suci,
Christianus Rahajaan mengungkapkan bahwa pihak sekolah selalu berusaha supaya
Perpustakaan bisa dibuka sehingga dapat digunakan oleh anak-anak. "Selama
ini, guru senior, Bibiana Lestari yang mengelola perpustakaan ini setiap hari
membuka Perpustakaan sehingga anak-anak bisa mengunjungi Perpustakaan untuk
membacac buku dan mengerjakan tugas”, tutur Christ.
Lebih lanjut Christ mengatakan “biasanya, perpustakaan
digunakan setiap hari oleh para siswa secara bergilir karena ruangannya kecil
sehingga tidak bisa menampung banyak siswa," tutur guru muda yang
menyelesaikan Kolose Pendidikan Guru (KPG) khas Papua, Merauke tahun 2009 ini.
Christ berharap ke depan SD YPPK Salib Suci memiliki
Perpustakaan yang memadai, baik gedung maupun koleksi buku sehingga para siswa
bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan pengetahuan. "Saya sendiri
prihatin, saat ini para siswa antusias ke Perpustakaan, tetapi tidak ada
koleksi buku bacaan. Di Perpustakaan hanya ada buku pelajaran, sehingga seringkali
anak-anak bosan. Saya berharap Dinas Pendidikan dan Yayasan bisa memperhatikan
Perpustakaan di sekolah ini," harapnya.
Christ
juga memiliki kerinduan membuat
sudut baca di kelas ruang kelas V. "Saya mau buat sudut baca di belakang
kelas. Saya akan cari buku-buku bergambar dan letakkan di belakang kelas. Pada
saat istirahat, anak-anak bisa membacanya," tutur pria yang menyelesaikan
S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Cenderawasih pada tahun 2016
ini.
Ketersediaan dana masih menjadi tantangan dalam
pengelolaan SD YPPK Salib Suci, Agats. Saat ini, sekolah masih bergantung pada
dana BOS. Partisipasi orang tua dalam bentuk iuran yang dikategorikan siswa
yang orang tuanya memiliki pekerjaan tetap sebesar Rp 20.000 per siswa setiap
bulan dan siswa yang orang tuanya tidak memiliki pekerjaan tetap sebesar
Rp 15.000 per siswa setiap bulan belum bisa memenuhi semua kebutuhan
sekolah.
Operator SD YPPK Salib Suci, Agats, Wendy Heatubun
mengungakapkan bahwa selama ini pihaknya hanya mengandalkan dana BOS untuk
operasional sekolah. "Selama ini kami terkendala dana untuk membenahi
sekolah ini. Yayasan kurang memberikan kontribusi. Sedangkan orang tua siswa
juga tidak banyak membantu. Kami hanya mengandalkan dana BOS," tuturnya.
Ia mengatakan bahwa dirinya berusaha membantu Kepala
Sekolah membenahi perbaikan SD YPPK Salib Suci supaya menjadi sekolah dasar
Penggerak. "Saya membantu kepala sekolah membuat SK Komite Sekolah,
laporan pengelolaan dana BOS dan data siswa," tambahnya.
Setelah melewati proses perbaikan tata kelola, pada
tanggal 5 September 2017 yang lalu, Bupati Asmat, Elisa Kambu melaunching SD
YPPK Salib Suci Agats bersama dua sekolah lainnya, SD Inpres Syuru dan SD
Darussalam menjadi sekolah dasar Penggerak di Kabupaten Asmat. Kerja keras
Frans bersama para gurunya telah membuahkan perbaikan nyata di SD YPPK Salib
Suci Agats. Kini, para murid bisa belajar dengan tenang, menikmati taman kelas
yang indah dan tidak lagi mengantre di depan toilet.
Cahaya perubahan telah terbit di SD YPPK Salib Suci Agats.
Para guru yang dipimpin oleh Frans telah menabuh tifa perubahan ke arah
perbaikan tata kelola SD YPPK Salib Suci Agats. Harapannya, ke depan SD YPPK
Salib Suci Agats bisa memancarkan cahayanya ke seluruh tanah Asmat, menggerakkan
sekolah dasar dana lainnya untuk berbenah. Dengan demikian, anak-anak Asmat
bisa memperoleh pendidikan dasar berkualitas demi masa depan Asmat yang maju
dan sejahtera. (Petrus Pit Supardi)
Artikel
ini sudah pernah dimuat di Kompasiana
dengan
judul “Cahaya di Lumpur Asmat”
dan
atas izin penulis, tulisan ini dimuat kembali
Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802