Menjual Es Cepot Demi Kehidupan Keluarga

Albert Lambertus

Fafruar - Saat ini banyak orang yang sedang berusaha untuk berhasil dalam bisnis mereka, tetapi ada pula yang berjuang demi kehidupan keluarga. Semua itu perlu membutuhkan kesabaran, ketabahan dan kerja keras. Apa yang dikerjakan walaupun sederhana namun mempunyai nilai yang besar bagi kelangsungan keluarga.

Menyadari bahwa berwirausaha begitu penting bagi kelangsungan hidup keluarga. Bagi Albert Lambertus, untuk memperjuangkan usaha demi keluarga tak mudah. Tak mengenal apa pekerjaan yang ia lakoni, dan mengenal lelah.

Sejak tahun 2004, ia mulai usaha  es cepot. Bermodalkan hasil kerja yang didapatkannya ketika menjual makanan ayam, ia membuat usaha sendiri.

Albert adalah penjual  es cepot di Jalan Beo, Demangan Baru Yogyakarta. Usianya yang sudah empat puluhan ini tak membuatnya jatuh semangat untuk terus bekerja. Ia tak pernah bosan menjalankan rutinitas yang sudah lama ia lakoni selama 14 tahun. Pagi pukul 05.30 ia berangkat ke pasar untuk membeli buah dan membawa ke tempat usahanya. Ia berkerja dari pagi sampai sore.

Baca juga: Hidup Harus Berguna Bagi Banyak Orang

“Begitulah rutinitas saya setiap hari, lebih baik usaha sendiri dari pada tergantung sama orang lain. Kerja seperti ini amanlah, ketimbang di pemerintahaan korupsinya banyak,” ucapnya dengan sedikit tawa.

Bapak asal Bandung, Jawa Barat ini tak ingin ketinggalan, ia terus berjuang demi menghidupkan keluarga. Ia dilahirkan dari keluarga miskin. Semua pekerjaan ia lakoni untuk menutupi biaya kehidupan keluarganya. Mulai dari menjual makan ayam sampai usaha es cepot.

Motor tua yang sudah tidak layak dipakai itu, menjadi alat transportasinya setiap hari ke pasar dan tempat kerjanya.  Buah alpukat, kelapa, nangka dimasukkan dalam karung dan dimuat dengan motornya. Kemudian dibawanya ke tempat usahanya. Kadang buah-buah itu tidak ada di pasar seperti alpukat karena pake musiman. Walaupun demikian tak jarang juga ia mengalami kerugian.

Baginya, tak gampang menjadi seorang wirausaha. Ia harus mampu memutar otak agar hasil usahanya mencukupi semua kebutuhan hidup keluarganya. Meskipun penghasilannya belum terhitung banyak namun keuntungan yang didapatkannya bisa dapat menghidupi keluarga.

Walaupun kemampuan pendidikannya terbatas, tetapi ia begitu mengerti akan pentingnya berwirausaha. Ia paham bahwa perkembangan dunia tidak dapat dipungkiri akan bertambah manju. Di sana akan ada persaingan-persaingan yang sangat luar biasa terutama di dunia bisnis.

Albert sebagai sosok yang ramah, selalu tersenyum dengan setiap orang yang ia jumpai. Ia memiliki semangat yang tinggi walaupun umurnya sudah empat puluhan. Mengenal orang dari berbagai suku dan bahasa, membuatnya semakin tahu tentang perbedaan.   

Ia bercerita bahwa Yogyakarta  merupakan tempat yang aman untuk tinggal. Awalnya ia tinggal di Papringan, namun karena pemilik kosnya  meninggal, ia pindah ke Condongcatur, Depok, Sleman. “Saya sudah lama tinggal di Yogya, cari nafkah untuk keluarga, punya KTP sini. Di Yogya, urus KTP mudah, tidak bayar, tapi di tempat saya (Bandung), bayar segala,” lontar Albert dengan serius.

Walaupun ia tinggalkan keluarganya di Bandung, namun kadang ia pulang saat liburan Idul Fitri. Ia memutuskan keluar dari Bandung dan datang ke Yogyakarta untuk mencari uang. Tak hanya uang yang ia cari namun pengalaman-pengalaman yang dapat diperolehnya dalam mengembangkan usaha.

Ia merintis usaha es cepot ini dengan harga 2.500 per-cangkir. Dari harga ini naik mengikuti banyaknya pelanggan. Kini naik menjadi 10.000 per-cangkir. Walaupun harga es cepot ini naik, tetapi tidak mengurangi jumlah pelanggan.

Dalam kehidupan keluarga, seorang kepala rumah tangga harus memiliki semangat dan keinginan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluaraga. Bagi Albert, tidak merasa puas, ia selalu berjuang tiada henti. Perjuangannya untuk ingin memenuhi kehidupan keluarganya. (eli)

Share on Google Plus

About Fafruar